Ketika sebuah gigitan ular yang amat
berbisa di subuh hari menyengat tepi telapak kaki kiri, itulah saat dimana saya
merasa dunia akan berhenti saya pijak hari itu. Tak ada yang bisa saya lakukan
ketika seekor ular tanah yang coklat menyala tak sengaja terinjak dan
menyemburkan bisanya pada syaraf telapak kaki disaat menanggalkan sepatu
dan melangkah ke sebuah tanah lapang untuk lari pagi.
Dalam proses evakuasi, terasa bisa ular menjalar keatas kaki, betis dan paha saya secara perlahan, seorang dokter di klinik 24 jam sempat menggeleng kepala dan tak memiliki anti bisa ular serta hanya memberi seutas tali infus untuk mengikat betis mencegah mengalirnya racun ular lebih jauh menuju organ utama ditubuh saya. Dalam kendaraan yang mengantar ke sebuah rumah sakit besar, ditengah keadaan setengah sadar, saya mengucapkan kata maaf pada orang-orang yang saya cintai dan menitipkannya pada para pengantar, itulah saat dimana saya merasa tak ada yang bisa saya lakukan selain menyerahkan semuanya kepada pemilik jiwa, Allah SWT.
Lalu tatkala pada satu kejadian
sebuah bantingan keras tubuh menghantam jalan aspal dari atas kendaraan, saya
berdiri mengumandang kebesaran Tuhan sambil tetap memperhatikan keadaan sekitar
tempat kejadian, Kembali disaat genting itu saya merasa bahwa akhir hidup
begitu dekat.
Terakhir adalah ketika hening kamar UGD di sebuah Rumah sakit dengan selang oksigen di hidung menjajarkan saya dalam ruang doa dengan tubuh yang sudah lemah yang siap diambil tindakan oleh tim dokter, saya juga merasakan bahwa hidup memang sulit untuk dikompromikan kapan ujungnya.
Berkali-kali saya berburuk sangka akan kelanjutan hidup ini, menyangka akan mati dalam usia muda padahal semestinya saya menyadari betapa Tuhan merahasiakan klimaks sebuah perjalanan hidup lewat setiap cobaan dan ujian yang Ia berikan kepada mahluknya. Kepasrahan, ketakutan dan keberanian ia sodorkan untuk dipilih dalam menghadapi segala hal yang Ia berikan pada setiap peristiwa.
Sebetulnya jauh lebih banyak peristiwa mengenakkan yang saya alami bersama sahabat dan orang-orang yang saya cintai dibanding waktu yang saya habiskan bersama dengan musuh, rival atau penyakit dalam segala kehidupan saya karena musuh, rival dan penyakit tak pernah saya beri kesempatan untuk hadir dalam detik, menit, jam maupun hari di hidup ini. Sayangnya hari-hari mengenakkan itu tak membawa saya menyadari bahwa hidup bisa berakhir kapan saja, baik ketika senang maupun ketika susah.
Seringkali kita berpikir bahwa Tuhan sudah menentukan akhir hidup sekaligus menentukan caranya. Jika berpikir begitu lalu buat apa kita berbuat baik atau berbuat jahat, toh kalau Tuhan menentukan kita berakhir sebagai orang baik, mau bagaimanapun kelakuan kita maka kalau ditentukan berakhir baik maka akan berakhir baik, tak peduli sepanjang hidup telah berbuat jahat hingga menjelang akhir hayat. Tak adil bukan!
Lewat beberapa peristiwa, telah
membawa saya meyakini bahwa Tuhan itu hanya menentukan waktu akhir hidup kita
saja dan tidak menentukan caranya. Cara akhir hidup kita adalah ditentukan oleh
diri kita sendiri untuk berada dimana, bagaimana, sedang apa dan dalam keadaan
apa. Dengan berpikir seperti ini saya meyakinin bahwa setiap detik orang harus
berbuat baik adalah satu keharusan dan tidak memberi waktu sedetikpun
untuk mencoba berbuat keburukan.
Hari demi hari yang saya lewati
merupakan bukti bahwa hidup ini memang sebuah proses sebab akibat kecuali satu
hal, Kelahiran dan Kematian. Semua kejadian hebat yang ada di dunia ini
sesungguhnya adalah sebuah proses dimana Tuhan mengetuk hati dan keyakinan saya
bahwa tak ada satupun yang bisa kita kendalikan selain sikap dan cara kita
menghadapi hidup ini, selebihnya Tuhan yang menentukan. Buktinya Tuhan
menentukan saya tetap hidup di hari ini persis seperti ketika saya
dilahirkan dari rahim ibu saya dan ketika ia tetap memberikan kehidupan di hari
yang sama di hari ini.
Hingga hari ini saya bolehlah diberi
kesempatan untuk Memohon di maafkan jika dalam perjalanan hidup ini telah
memberi hal yang tidak baik dalam hidup semua sahabat saya.
Alhamdulillahi Robbil alamin, segala
puja dan puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam