
Ketika hujan turun, di
sebagian tempat, air hujan menggenang di atas tanah. Di bagian tempat lain, air
hujan menyusup masuk ke dalam tanah.
Air yang tergenang di atas
tanah, setelah beberapa lama akhirnya mengering oleh panasnya matahari. Adapun
tanah yang menyerap air, menjadi semakin subur, lembut, dan tumbuh darinya
berbagai jenis tumbuhan dan tanaman.
Tanah yang keras seperti
batu, tidak akan bisa menyerap air, karena tidak memiliki celah-celah yang bisa
dimasuki air. Sedangkan tanah gembur, dapat dengan mudah menyerap air.
Demikian perumpamaannya. Hati
yang lunak dan lembut, akan mudah menerima petunjuk dan kebenaran. Ia akan
terbuka dan berlapang menerima nasihat dan kebaikan.
Di dalam hati yang lunak dan
lembut, bibit kebaikan memang telah ada dan selalu dirawat pemiliknya, sehingga
petunjuk dan kebenaran mendapat celah untuk masuk ke dalam hati.
Adapun hati yang keras bagai
batu, sangat sulit menerima petunjuk dan kebenaran. Hati jenis ini telah
dikuasai oleh kesombongan dan keangkuhan. Ia menolak kebenaran, hingga berapa
pun petunjuk yang datang kepadanya, tidak akan bermanfaat. Pintu hatinya telah
tertutup oleh kesombongannya sendiri.
”Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka,
kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan
beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan
mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”
(QS Albaqarah [2]: 6-7).
Dalam kehidupan yang kita
jalani, sebagian orang ketika datang padanya kebenaran, ia dengan angkuh
menolak dan berkata, ”Saya adalah paling benar, pendapat Anda salah.”
Maka, berbicara pada orang seperti ini, tidak akan ada gunanya, karena ia
sendiri yang telah menutup pintu hatinya untuk menerima tamu kebenaran.
Amatlah disayangkan sikap
orang-orang yang selalu menolak kebenaran dan petunjuk. Karena penolakan
mereka, sesungguhnya akan mengantarkan pada kebinasaan dan kehancuran di dunia
dan akhirat.
Sebelum hati menjadi keras
seperti batu, dari awal kita harus selalu merawatnya, menjaga kesuburannya
dengan membiasakan mendengarkan Alquran dan men-tadabburi-nya. Lainnya, membaca
sirah Rasulullah SAW, para sahabat dan orang-orang saleh, mengingat mati dan
bergaul dengan orang-orang saleh yang setiap kata-kata mereka mengandung
manfaat dan kebaikan.
Karena, bila hati telah
keras, bagaimanakah cahaya petunjuk akan dapat diterima? Bagaimanakah guyuran
hujan kebenaran akan dapat diserap dan dipahami? Dan sebelum itu terjadi,
sebelum Allah SWT menutup mata hati, mari kita rawat bibit kebaikan dalam diri.
No comments:
Post a Comment