Memiliki ponsel pintar juga
harus diimbangi dengan penggunaan yang pintar. Jika tidak maka akan banyak
kerugian yang didapat, mulai dari terbuangnya waktu, membengkaknya biaya yang
dibutuhkan serta produktivitas yang terkuras.
Memiliki ponsel pintar
dikatakan pintar jika mendukung kegiatan penggunanya.
Kira-kira demikianlah
pemikiran yang menjadi kesimpulan saya dengan ayah mertua saya yang ketika
ditanya oleh kami, anak-anaknya, mengapa beliau tidak mau mengganti
handphone-nya yang sudah usang dengan model mutakhir seperti Blackberry, Iphone
atau Sabak elektronik yang kian membanjiri khasanah teknologi komunikasi masa
kini.
Sebagai seorang kontraktor
sekaligus pemilik perusahaan mandiri di bidang konstruksi di Bandung, pastilah
beliau memiliki tuntutan yang tinggi khususnya ihwal gadget yang mendukung
kelancaran arus komunikasi demi menunjang bisnisnya. Namun anehnya seakan telah
tersihir oleh ponsel berinisial SE dan NK yang dibelinya beberapa tahun lalu,
beliau enggan menggantinya dengan gadget-gadget model terbaru yang memiliki
ragam fitur yang menarik.
Dengan lirih beliau berkata: “Nak, bukannya papah tidak suka ponsel zaman sekarang.
Papah hanya khawatir jika papah sudah kecanduan dunia maya seperti menggunakan
sosial-media, papah justru akan kehilangan fokus terhadap keluarga dan usaha
kita! Jelasnya.
Oke, jika demikian saya pun
mafhum pendapat dan pandangan beliau. Di tengah era informasi yang begitu
pesat, serta bertaburannya gadget komunikasi yang kian terjangkau, seseorang
bukan tidak mungkin justru tersesat dalam dunia maya. Seseorang bukan tidak
mungkin terbius dalam arus yang menjerumuskan. Alih-alih ingin mengikuti
perkembangan justru larut dalam kesenangan yang memabukkan.
Sepanjang 2008 hingga 2012
tidak sedikit berita maupun artikel elektronik, baik di surat kabar lokal
maupun internasional yang mengulas perihal kelalaian pengguna internet yang
mengakibatkan kejadian yang sangat fatal. Seperti kasus human-trafficking yang
terjadi di dunia mulai dari Indonesia sampai Tobago sana. Mulai dari kasus
pedophilia hingga erotika yang membuat para orang tua terluka.
Seorang professor dari
universitas Columbia, Sudhir Venkatesh dalam wawancara dengan Wired Magazine di
laman examiner.com pada 2011 lalu pernah mengatakan: “Betapapun, perkembangan teknologi mempunyai peran yang
sangat fundamental terhadap perubahan (baca: gejala) yang terjadi”.
Belum lagi kasus kelalaian
seorang ibu yang terjadi di Colorado sana –
yang sibuk update status dan bermain game menyebabkan anaknya yang
berusia 13 bulan meninggal dunia terlelap di bak mandi pada Januari 2011 lalu
walhasil, akibat ulahnya ia menghadapi tuntutan 48 tahun pejara serta denda
materi sebesar $100,000, ( sumber: Reuters:
http://www.reuters.com/article/2011/01/14/us-childabuse-facebook-idUSTRE70D7AM20110114
)
Kali ini saya pun sepakat,
semakin pintar gadget atau alat komunikasi yang digunakan seseorang, semakin
harus lebih pintar dan bijak juga kita seharusnya menghadapi perkembangan
zaman.
Untuk itu baiknya kita segera
menata ulang fungsi gadget yang ada di genggaman tangan kita sekarang ini,
minimal dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana ke dalam diri, seperti:
“Apa hakikat gadget sebenarnya?
Untuk apa dan mengapa kita
menggunakannya?
Sejauh apa manfaatnya bagi kita?” Misalnya.
No comments:
Post a Comment