Wikipedia

Search results

Thursday, September 13, 2012

Menata Ulang Fungsi Gadget


Memiliki ponsel pintar juga harus diimbangi dengan penggunaan yang pintar. Jika tidak maka akan banyak kerugian yang didapat, mulai dari terbuangnya waktu, membengkaknya biaya yang dibutuhkan serta produktivitas yang terkuras.
Memiliki ponsel pintar dikatakan pintar jika mendukung kegiatan penggunanya.

Kira-kira demikianlah pemikiran yang menjadi kesimpulan saya dengan ayah mertua saya yang ketika ditanya oleh kami, anak-anaknya, mengapa beliau tidak mau mengganti handphone-nya yang sudah usang dengan model mutakhir seperti Blackberry, Iphone atau Sabak elektronik yang kian membanjiri khasanah teknologi komunikasi masa kini.

Sebagai seorang kontraktor sekaligus pemilik perusahaan mandiri di bidang konstruksi di Bandung, pastilah beliau memiliki tuntutan yang tinggi khususnya ihwal gadget yang mendukung kelancaran arus komunikasi demi menunjang bisnisnya. Namun anehnya seakan telah tersihir oleh ponsel berinisial SE dan NK yang dibelinya beberapa tahun lalu, beliau enggan menggantinya dengan gadget-gadget model terbaru yang memiliki ragam fitur yang menarik.

Dengan lirih beliau berkata: Nak, bukannya papah tidak suka ponsel zaman sekarang. Papah hanya khawatir jika papah sudah kecanduan dunia maya seperti menggunakan sosial-media, papah justru akan kehilangan fokus terhadap keluarga dan usaha kita! Jelasnya.

Oke, jika demikian saya pun mafhum pendapat dan pandangan beliau. Di tengah era informasi yang begitu pesat, serta bertaburannya gadget komunikasi yang kian terjangkau, seseorang bukan tidak mungkin justru tersesat dalam dunia maya. Seseorang bukan tidak mungkin terbius dalam arus yang menjerumuskan. Alih-alih ingin mengikuti perkembangan justru larut dalam kesenangan yang memabukkan.

Sepanjang 2008 hingga 2012 tidak sedikit berita maupun artikel elektronik, baik di surat kabar lokal maupun internasional yang mengulas perihal kelalaian pengguna internet yang mengakibatkan kejadian yang sangat fatal. Seperti kasus human-trafficking yang terjadi di dunia mulai dari Indonesia sampai Tobago sana. Mulai dari kasus pedophilia hingga erotika yang membuat para orang tua terluka.

Seorang professor dari universitas Columbia, Sudhir Venkatesh dalam wawancara dengan Wired Magazine di laman examiner.com pada 2011 lalu pernah mengatakan: Betapapun, perkembangan teknologi mempunyai peran yang sangat fundamental terhadap perubahan (baca: gejala) yang terjadi.

Belum lagi kasus kelalaian seorang ibu yang terjadi di Colorado sana    yang sibuk update status dan bermain game menyebabkan anaknya yang berusia 13 bulan meninggal dunia terlelap di bak mandi pada Januari 2011 lalu walhasil, akibat ulahnya ia menghadapi tuntutan 48 tahun pejara serta denda  materi sebesar $100,000, ( sumber: Reuters: http://www.reuters.com/article/2011/01/14/us-childabuse-facebook-idUSTRE70D7AM20110114 )

Kali ini saya pun sepakat, semakin pintar gadget atau alat komunikasi yang digunakan seseorang, semakin harus lebih pintar dan bijak juga kita seharusnya menghadapi perkembangan zaman.

Untuk itu baiknya kita segera menata ulang fungsi gadget yang ada di genggaman tangan kita sekarang ini, minimal dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana ke dalam diri, seperti:

Apa hakikat gadget sebenarnya?

Untuk apa dan mengapa kita menggunakannya?

Sejauh apa manfaatnya bagi kita? Misalnya.

No comments:

Post a Comment

Filsafat “ Entahlah “..

Sebuah dilema yang selalu kita alami adalah mencintai seseorang, tapi takut kehilangan dirinya. Dilema ini berlangsung seiring denga...